Sebuah Catatan Akhir Tahun 2014..

Sahabat….
Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun
2014 M. Sebelum fajar di tahun esok menjelang,
ada baiknya kita melihat kembali lembaran-
lembaran hari yang telah kita lalui. Iya, melihat
kembali masa lalu, bukan untuk terus tenggelam,
tapi untuk bangkit dan menjadi manusia baru di
sisa waktu yang ada.
Bergantinya siang dan malam, hari demi hari,
musim demi musim, tahun demi tahun semestinya
membuat kita sadar bahwa saat ini kita sedang
berada dalam sebuah perjalanan. Sejak kita
dilahirkan, sejak itulah pengembaran kita dimulai,
lalu kita belajar untuk mengerti bahwa dunia
hanyalah tempat singgah, dan setelah itu tak ada
lagi kecuali dua pilihan, indahnya surga atau
pedihnya neraka wal iyaadzu billah.
Muhasabah .. Mungkin itulah hal yang tepat untuk
kita lakukan sebelum memasuki tahun baru 1436 H
besok. Muhasabah berarti melihat kembali setiap
lembaran hidup yang pernah kita lalui, apakah ada
amal sholeh yang sudah kita persembahkan untuk
terus kita tingkatkan ditahun yang akan datang,
atau kekurangan-kekurangan yang kelak akan kita
perbaiki disaat fajar esok menjelang.
Allah azza wa jalla berfirman:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata : “Setiap hamba semestinya memiliki
waktu-waktu tertentu dimana dia menyendiri di
dalamnya dengan do’a, dzikir,shalat, tafakkur dan
untuk melakukan muhasabah terhadap dirinya
serta memperbaiki kondisi hatinya).”(Majmu’ul
fataawa Jilid:10). Jauh sebelum Syaikhul Islam,
Imam Al-Hasan Al-Basri pernah mengatakan:
“Manusia akan senantiasa dlm kebaikan selama
masih ada penasehat dlm hatinya, dan muhasabah
selalu menjadi obsesinya”(Mawaa’idz Hasan Al-
Basri).
Mungkin sahabat fillah bertanya, “kenapa harus
muhasabah…?” itu karena banyak di antara kita
yang tak peduli dengan perguliran waktu.
Sebagian kita membiarkannya mengalir sepeti air,
tanpa target, tanpa rencana dan tanpa tujuan yang
jelas. Padahal waktu terlalu mahal untuk dibiarkan
mengalir seperti air. Banyak diantara kita yang
membiarkan waktu berlalu dengan produktivitas
kebaikan yang rendah atau sia-sia, sementara
orang lain telah jauh melangkah dengan berbagai
macam amal sholeh. Padahal kita sering membaca
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang
artinya: “Bersungguh-sungguhlah terhadap apa
yang mendatangkan manfaat bagimu dan jangan
merasa lemah”. Dalam hal mengefisiensikan waktu
beliau pernah mengisyaratkan dalam sabdanya:
Lebih jauh Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu
menegaskan hal yang semakna dalam
ungkapannya yang masyhur, “Tiada hari yang
lebih aku sesali selain hari dimana mataharinya
tenggelam dihari itu, umurku berkurang dan
amalku tidak bertambah”. Bagi orang yg beriman
brgantinya masa berarti bertambahnya ketakwaan
dan ketaatan kepada Allah.
Ditengah lajunya perputaran masa, kita perlu
meluangkan waktu untuk merespon berbagai
perubahan dalam hidup yang selama ini kita
jalani. Melihat kembali keadaan diri dengan usia
yang pada hakikatnya semakin berkurang. Melihat
berarti mengevaluasi untuk kemudian merevisinya
ke arah yang lebih baik. Ini bukan pekerjaan yang
mudah, ditengah banyaknya orang yang tidak mau
melihat kembali rekam jejak hidupnya, apalagi
berfikir untuk merubahnya. Di butuhkan
kesadaran yang mendalam untuk merespon semua
itu. Iya, Kesadaran bahwa semua akan berakhir
dan akan berbalas.
Kesadaran, bahwa kita hanya akan mengetam apa
yang kita tanam hari ini.
Kesadaran, bahwa kita sedang berpacu dengan
waktu.
Kesadaran, bahwa kematian lebih cepat datangnya
dari semua angan-angan yang kita miliki.
Kita tak boleh lengah sedikitpun, terbuai oleh
kenikmatan sesaat, hingga hidup digerogoti usia
dan sampai pada keadaan tak lagi bisa melakukan
perubahan yang berarti, karena renta, atau karena
usia yang memang sudah selesai waktunya.
Sahabat….
Diusia kita yang entah berapa, sebaiknya kita
bertanya, “Sudah sejauh mana kita melangkah?
dan seberapa banyak bekal yang telah kita
siapkan?
Ini bukan soal dimensi usia dimana seorang
mengurutkan zaman produktifitasnya ke dalam
fase yang tidak jelas: Kecil dimanja, muda foya-
foya, kemudian bertaubat diusia senja. Tapi ini
soal berdedikasi secara baik dan maksimal. Sebab
pada akhir dan kesudahannya kita harus
menyadari bahwa hidup adalah perlombaan
mengejar surga dan menggapai keridhaan-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dalam menggapai ampunan dan surga, Allah azza
wa Jalla menyuruh kita untuk bergegas, Allah
berfirman:
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah
mengatakan: “Ketika suatu kaum mendengar
seruan,”Maka berlomba-lombalah kalian dalam
kebaikan”, juga seruan,”Dan bergegaslah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi disiapkan
untuk orang-orang yang bertaqwa”, mereka
memahami bahwa maksud dari ayat ini adalah,
“hendaknya mereka bersungguh-sungguh agar
setiap dari mereka menjadi pemenang menuju
kemuliaan itu. Maka dahulu, perlombaan mereka
pada tingkatan-tingkatan akhirat. Kemudian
datanglah sesudah mereka kaum yang berlomba-
lomba dalam hal-hal duniawi dengan segala
bagiannya yang begitu cepat sirna”.(Lathaaiful
maarif).
Dalam surat al Muthaffifiin, tatkala Allah
menggambarkarkan kenikmatan penghuni surga,
pada akhir ayat ke 26 Dia-pun menegaskan kepada
kita agar melakukan perlombaan, sebagaimana
tertulis: ”Dan untuk yang demikian itu hendaknya
orang berlomba-lomba.” Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam juga bersabda:
Ayat-ayat dan hadits di atas setidaknya
menegaskan kembali kepada kita, bahwa beradu
cepat dalam kebaikan, adalah nafas dan naluri
kehidupan seorang mukmin.
Sahabat….
Jangan lupa… semua akan sampai pada satu hari
yang dijanjikan. Logika hidup ini seperti seorang
musafir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
Di kesempatan yang lain, beliau mengajari kita
tentang bagaimana semestinya menyikapi dunia
dengan segala keindahannya, Sahabat Ibnu Umar
Radhiyallahu anhu menuturkan: “ Suatu hari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memegang
pundakku dan berkata,
”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau pengembara.”
Ibnu Umar berkata:
Ditengah padatnya rutinitas kerja, luangkan waktu
sejenak untuk memahami lebih dalam tentang
logika-logika kehidupan itu. Iya, tentang logika
bahwa hidup tak ubahnya musafir yang hanya
mampir untuk berteduh atau seperti sampan kecil
yang sedang mengarungi samudra luas dan harus
berbekal cukup. Logika tentang mimpi manusia
yang panjang serta ajal yang setiap saat mengintai,
atau logika hidup tentang perjalan yang beradu
dengan godaan serta panggilan syaitan yang terus
melambai di sepanjang perjalanan. Juga tentang
logika bahwa hidup seperti waktu, siapa yang
membunuh waktu maka berarti ia membunuh
hidupnya. Dalam makna yang sederhana,” Hanya
orang yang menggunakan waktunya dengan baik,
tepat dan benar yang akan menuai kebahagiaan di
akhir langkah hidupnya.
Di atas logika-logika itulah hidup sebagian kita
menjadi berarti atau mungkin berbalik tak
ubahnya seperti mobil tua. Iya, mobil yang hanya
memberi nilai pada sisi sejarah tanpa bisa
mengantarkan penumpangnya pada cita-cita yang
dituju. Itu tak boleh terjadi, sebab hidup hanya
datang sekali, sesudah itu secepat pula ia akan
pergi dan menghilang. Pagi datang dan segera
disapu siang, sore memburu tiba-tiba dilipat
malam. Gerak dan pilihan untuk terus maju dan
memperbaharui diri adalah prinsip besar yang
harus kita pilih sebelum semuanya terlambat.
Sahabat..
Bertolak dari semua logika itu, seharusnya kita
menyadari “Bahwa kita terlahir untuk mengabdi
kepada Allah . kitapun harus tahu, sedang di jalan
apa berlalu dan ke arah mana menuju. Agar waktu
kita tak berlalu begitu saja tanpa amal yang berati.
Hal ini seperti yang di gambarkan oleh sahabat
yang mulia Amirul mu’minin Ali bin abi Thalib
radhiyallahu anhu dalam ungkapannya,
”Sesungguhnya dunia telah pergi berlalu dan
akhirat telah datang dihadapan, dan keduanya
memiliki anak-anak . Maka jadilah kalian anak-
anak akhirat dan jangan menjadi anak anak dunia,
karena hari ini (hari-hari dunia) adalah hari untuk
beramal dan bukan (hari) perhitungan dan esok
adalah (hari) perhitungan dan bukan (hari untuk)
amal.”
Atau seperti gambaran Al Hasan Al Bashri tentang
perjalanan manusia dalam ungkapannya yang
masyhur,
“wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah
kumpulan hari-hari. Jika berlalu sebagian dari
harimu ,maka berlalu pula sebagian dari dirimu”.
“wahai anak Adam, sesungguhnya engkau berada
diatara dua kenderaan yang siap
mengantarkanmu. Siang mengantarkanmu pada
malam dan malam pun mengantarkanmu pada
siang. Selanjutnya keduanya akan
mengantarkanmu pada akhirat, maka siapakah
yang lebih besar marabahaya darimu wahai anak
adam? Sungguh tali kematian telah diikatkan
diatas ubun-ubun setiap kalian, sementara dunia
dilipat dari belakang kalian.”
Ungkapan-ungkapan di atas semestinya terhujam
dalam sanubari setiap muslim, agar waktunya
disibukkan dengan kebajikan dalam rangka
penghambaan yang tulus kepada Allah. Sebab
seonggok daging yang bernama manusia itu
tercipta untuk sebuah tugas mulia yaitu menjadi
Hamba Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:
Iya, Menjadi seorang hamba dan bukan menjadi
selainnya, hingga Allah mengakhiri semua cerita
tentang kita.
Wallahu ta’ala a’lam
Belajar dari keledai
 No Comments
9 Cara Untuk Lebih Kreatif
 No Comments
Apa arti Sahabat?
 No Comments
Ajarkan Arti Berbagi pada
Anak
 No Comments
Related Posts
Admin
About The Author
Post Comment
Advertisement
Artikel lain :
1-Sebuah Renungan Akhir Tahun
December 31, 2014
MAAF…. BILA TAK ADA UCAPAN
SELAMAT UNTUKMU. December 31,
2014
Cermin Dan Ketulusan December 31,
2014
Catatan Awal Tahun December 31, 2014
Catatan Akhir Tahun December 31, 2014
Renungan Akhir Tahun December 31,
2014
Video motivasi terbaru December 30,
2014
Pakaian Kebahagiaan December 30,
2014
Hidup Untuk Memberi December 30,
2014
Percaya Kemampuan Diri Sendiri
December 30, 2014
5 Ekor Monyet December 30, 2014
Kebiasaan yang Diulang December 30,
2014
Pesan Ibu December 30, 2014
Nilai Kehidupan December 30, 2014
Semangkuk Bakso December 30, 2014
Keseimbangan Hidup December 30, 2014
37 Kutipan Pelajaran Hidup December
29, 2014
10 Ucapan Paling Beracun Seorang
Penuntut Ilmu – Prof Dr Muhaya
December 29, 2014
SURAT DARI SANG MAHA PENCIPTA
December 29, 2014
Adakah ……yang akan mendoakan kita ?
December 29, 2014
pengunjung
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS: Al-
Hasyr: 18)

”Diantara ciri baiknya keislaman seseorang,
ketika ia meninggalkan sesuatu yang tidak
bermanfaat baginya”.(HR. Tirmidzi).

“Maka berlomba-lombalah kalian dalam
kebaikan”(QS: Al baqarah :148).

“Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk
orang-orang yang bertaqwa.”(QS: Ali’ Imran :
133).

”Begegaslah kalian dalam melakukan amal
shaleh, sebelum terjadi berbagai fitnah (yang
datang) bagaikan potongan-potongan malam
gulita” (HR. Muslim, Ahmad, dan At Tirmidzi).

“Apa urusanku dengan dunia? sungguh
perumpamaanku dengan dunia laksana
seorang pengembara yang berteduh di bawah
sebuah pohon, kemudian berlalu dan
meninggalkannya”(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah).

”Jika engkau berada di sore hari, maka jangan
menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di
pagi hari, maka jangan menunggu sore tiba,
pergunakan masa sehatmu untuk masa
sakitmu, dan kehidupanmu untuk
kematianmu.”(HR. Bukhari)

“dan tidaklah aku menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah
kqwepada-Ku” (QS: Adz Dzaariyat : 56).

”Dan sembahlah Tuhanmu, sampai datang
kepadamu sesuatu yang diyakini (maut). (QS;
Al Hijr : 99).

“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-
Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-
hamba-Ku. Dan masuklah ke

Tinggalkan komentar