Keberpihakan Zaman Pada Kaum Peyempuan..

image

Bisa dibilang selama beberapa dekade terakhir dunia
sangat memihak wanita. Kenapa begitu? Alasan paling
pertama sekali adalah isu persamaan gender yang
merupakan anak kandung dari isu HAM yang digaungkan
oleh (yang katanya) kaum intelektual kontemporer- atau
apalah namanya. Menurut saya pria dan wanita itu
memang berbeda, jangan dipaksakan untuk jadi sama.
Mereka punya kelebihannya masing-masing. Dalam buku.

“Mars dan Venus” digambarkan bahwa pria dan wanita
punya karakteristik yang apabila dipaksakan untuk sama
akan menimbulkan gejala perpecahan. Islam mengajarkan
bahwa wanita itu berasal dari satu tulang rusuk pria calon
pasangannya. Jadi dalam urusan pekerjaan ya tetap harus
diberikan porsi yang berbeda (bayangkan saja satu tulang
rusuk berbanding dengan puluhan tulang rusuk yang lain).

Tetapi pria pun tak akan bisa lengkap jika tak ada tulang
rusuk terakhirnya yang hilang, jadi jangan sombong dulu.

Untuk menjadi seorang pemimpin pun, tidak bisa dipungkiri
bahwa selama ada lelaki maka wanita harus
dinomorduakan dan harus rela jadi “makmum” yang setia…

Guru agama saya pernah berseloroh : “salah satu bukti
bahwa pria dan wania tidak dapat disamakan adalah coba
suruh masing-masing pria dan wanita kencing di botol
aqua. Jika wanita bisa melakukannya dengan normal
tanpa setetes pun menetes keluar dari botol maka dia bisa
disamakan dengan pria.”

Jiwa muda-mudi saat inu sering menelurkan perasaan
galau. Sebuah kata yang dating entah dari mana,
menciptakan sebuah trend. Sama halnya dengan trend
yang diciptakan oleh Facebook dan Twitter dalam
menghipnotis pengguna di seluruh dunia untuk rela tidak
makan seharian demi menatap timeline masing-masing…

Walaupun sudah banyak yang tahu bahwa jejaring social
adalah cara mudah bagi industry global untuk memantau
minat masyarakat dunia dan merusak kreativitas pemuda,
terutama Islam. Sebab musuh satu-satunya yang tersisa
bagi mereka saat ini adalah kita kaum Muslimin.

Kembali pada masalah wanita. Dominasi wanita
sebenarnya diawali oleh mindset yang salah seputar trend
itu sendiri. Pikiran sebagian dari mereka sepertinya telah
terpedaya oleh lagu yang syairnya “karena wanita ingin
dimengerti”. Hal ini kemudian dipersepsikan bahwa yang
berhak dimengerti itu hanya wanita [titik]. Untuk para pria
cukup dikasih pengertian 5 persen saja laah. (Maksudnya
cuma dikasih pengertian dari cinta adalah bla bla bla…
Hanya itu??). Untuk lebih pahamnya, kita langsung lihat
perbedaannya dalam bentuk conversation :

Pria yang menelepon
Pria : “sayang lagi apa?”
Wanita : “lagi di mall nih, biasa shopping. Ada apa?
mengganggu saja”
Pria : “Maaf sayang. Boleh bicara bentar?”
Wanita : “Waah, nanti saja. Ini lagi sibuk.”
Pria : “Oke. Ntar tak telepon lagi ya.”
Tut tut tut… *telepon mati*

Tapi, kalau wanita yang menelepon akan berbeda. Coba
lihat perbedaannya :

Wanita : “sayang, saya tahu kamu lagi nyetir kan?”
Pria : “Hai sayang. Bener banget. Ini lagi meluncur ke
kantor”
Wanita : “Boleh kita bicara bentar?”
Pria : “Waduh, gimana ya? Ini lagi di jalan rame sayang”
Wanita : “kamu mau dengerin aku nggak?? Minggirin dulu
mobilnya!”
Pria : “oke2 sayang….” *terburu-buru*
Gubraaaaakkk… *mobil nabrak pohon*

Nah, fenomena-fenomena seperti itu menambah panjang
daftar lelaki sebagai korban, sekaligus meningkatkan
keberpihakan dunia pada wanita beberapa dekade
belakangan.

Selain itu, ada lagi fenomena aneh. Kita lihat saja kalau
ada wanita memakai rok mini merah sampai pangkal paha
dibilang seksi, tapi kalau ada aja lelaki yang pakai celana
agak pendek sampe paha dibilang “Gilaani”. Ini menurut
nurani saya adalah sebuah pergeseran tata nilai yang
sangat fundamental sekali, dimana pakaian para kuntilanak
dan dedengkotnya jauh lebih sopan dari wanita zaman
sekarang. Tapi herannya, dengan begitu dunia makin
memihak wanita.

Overall, saya menilai bagaimana pun perkembangan zaman
manusia harus tetap menjaga kehormatannya, tak
terkecuali pria maupun wanita. Pria diciptakan untuk
menjadi imam bagi wanita. Jangan pernah balikkan
sunatullah. Sebaik-baiknya makmum adalah yang berkata

“sami’na wa ato’na” pada imamnya yang baik.

Tinggalkan komentar